Cari

HEART FOR CHRIST

Hidup Adalah Kristus

bulan

Oktober 2012

MENJELASKAN KEBENARAN SURAT YUDAS 7 KEPADA PDT. ADIY NDII

Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksa api kekal sebagai peringatan kepada semua orang. Yudas 7

Sangat menarik untuk mengupas surat Yudas secara keseluruhan, karena penyampaian surat Yudas merupakan peringatan yang berkobar-kobar kepada guru-guru palsu yang masih menyebut diri Kristen, namun mengajarkan ajaran sesat (Yudas 11-16), itulah sebabnya tema utama dari kitab Yudas ini adalah “Hukuman Untuk Guru-guru Palsu”.

Keadaannya sama dengan kekristenan sekarang, di mana berkeliaran guru-guru palsu yang menyebut diri Kristen namun mengajarkan ajaran sesat. Para guru-guru palsu ini tidak mengerti asas-asas pokok iman yang Alkitabiah (1 Timotius 1: 4-6), menafsir Alkitab berdasarkan kehendak sendiri ( 2 Petrus 1: 21), dan menyampaikan firman Tuhan hanya untuk memuaskan keinginan telinga pendengar demi keuntungan duniawi bukan untuk menyatakan kebenaran ( 2 Tim. 4: 3, 2 Petrus 2: 3, Yudas 11).

Namun dalam bagian ini, saya hanya memfokuskan pada pembahasan Yudas 7 untuk menjelaskan kepada Pdt. Adiy Ndii, karena ketidakmengertiannya mengenai hubungan Penebusan Kristus dengan orang-orang Sodom dan gomora yang binasa dalam Yudas 7.

Orang-orang Sodom dan Gomora adalah Keturunan Adam Secara lahiriah

Orang-orang Sodom dan Gomora adalah anak-anak Adam secara lahiriah, sehingga secara lahiriah mereka adalah orang-orang berdosa (Mazmur 51: 7). Keberdosaan Adam telah menjalar kepada semua orang (Roma 5: 12), tanpa harus berbuat dosa semua yang lahir dari Adam adalah orang berdosa atau berdosa secara status. Akibat dosa, secara lahiriah kecendrungan hati manusia senantiasa melakukan kejahatan (Kejadian 6: 5), sehingga manusia yang hidup mengikuti keinginan lahiriah akan melawan Allah seperti yang dilakukan kota Sodom dan Gomora. Selain Kota Sodom dan Gomora ada dua kota lain yang menerima hukuman yang sama dari Tuhan akibat perbuatan mereka yakni; Adma dan Zeboim (Ulangan 29: 32, Hosea 11: 8).

Memang kota Sodom dan Gomora adalah anak-anak Adam secara lahiriah, yang secara status dalam posisi berdosa karena Adam. Hukuman secara langsung dan hukuman kekal yang mereka terima bukanlah karena posisi berdosa mereka, melainkan karena perbuatan mereka, yang tidak hidup dalam kebenaran, sombong dan berdusta melawan kebenaran (Roma 1: 18-28), itulah persamaan kota Sodom dan Gomora dengan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas kekuasaan mereka (Yudas 6). Lalu bagaimanakah dengan status berdosa mereka karena Adam?

Status Dosa Karena Adam Diselesaikan Melalui Penebusan Yesus Kristus

Status dosa yang menjalar kepada semua manusia karena Adam diselesaikan oleh Penebusan Yesus Kristus (1 Petrus 1: 18-19), seperti yang dijelaskan dalam Roma 5: 15;

Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena satu orang semua orang telah jatuh dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

Karunia Allah yang dilimpahkan atas semua orang oleh Yesus Kristus ialah penyelesaian status dosa karena Adam dan perbuatan dosa bagi orang-orang percaya padaNya melalui penebusan Yesus Kristus, seperti yang dituliskan dalam 1 Timotius 2: 5-6

Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan

Karena keberdosaan Adam semua orang berdosa, namun karena penebusan Yesus Kristus status dosa dibereskan,seperti yang dijelaskan dalam Roma 5: 18-19

Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula satu perbuatan kebenaran semua orang memperoleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua menjadi orang benar

Itulah sebabnya bayi atau orang yang mati tanpa berbuat dosa, pasti masuk Surga. Sedang bagi orang yang sudah akil-balik dan melakukan dosa, maka orang tersebut harus mengakui dosanya secara pribadi kepada Kristus dan mempercayai penebusan Kristus sebagai penghapusan dosa akan diselamatkan. Sebaliknya yang sudah akil-balik dan melakukan dosa tanpa menerima karya Penebusan Yesus Kristus, pasti binasa (Yohanes 3: 36) seperti kota Sodom dan Gomora yang menolak kebenaran.

Status Dosa Orang-orang Sodom dan Gomora Diselesaikan Oleh Janji Penebusan Kristus

Salah satu hal yang sulit diterima Pdt. Adiy Ndii untuk mengakui penebusan Yesus Kristus untuk semua manusia, dan menerima konsep yang sesat dari Calvinist mengenai penebusan terbatas ialah posisi orang-orang Sodom dan Gomora dalam Neraka, yang dihukum secara langsung dan hukuman kekal sebelum pelaksanaan penebusan Yesus Kristus. Penjelasan ini akan menolong Pdt. Adiy Ndii untuk mengetahui kebenaran.

Pelaksanaan Penebusan Yesus Kristus memang belum dilakukan pada saat penghukuman Sodom dan Gomora, namun janji penebusan Yesus Kristus sudah diberitakan sejak kejatuhan manusia dalam dosa atas pelanggaran Adam (Kejadian 3: 15), jadi status dosa orang-orang Sodom dan Gomora diselesaikan oleh janji penebusan Yesus Kristus, itulah sebabnya orang-orang Sodom dan Gomora dihukum bukan karena pelanggaran Adam melainkan oleh perbuatan mereka sendiri.

Orang-orang Sodom dan Gomora Dihukum Karena Pelanggaran Mereka Bukan Karena Status Dosa

Yudas 7 menjelaskan bahwa orang-orang Sodom dan Gomora dihukum karena perbuatan mereka, yang tidak hidup dalam kebenaran, sombong dan mendustai kebenaran, sehingga Yudas menyamakan hukuman terhadap guru-guru palsu dengan Sodom dan Gomora bukan kota-kota yang menolak Kristus, yang hukumannya lebih hebat dari Sodom dan Gomora (Matius 10: 15; 11: 20-24).

Jadi jelas, bahwa orang-orang Sodom dan Gomora dihukum karena perbuatan mereka yang tidak hidup dalam kebenaran, sombong dan mendustai kebenaran. Hal ini dituliskan Yudas untuk mengingatkan guru-guru palsu, yang menjual kebenaran demi kepentingan duniawi (Yudas 11), bahwa mereka akan menerima hukuman yang sama dengan Sodom dan Gomora, mereka akan menerima hukuman di dunia dan hukuman api kekal di Neraka.

Kesimpulan

Yudas 7 merupakan peringatan kepada guru-guru palsu yang tidak hidup dalam kebenaran, sombong dan mendustai kebenaran, bahwa hukuman Allah akan berlangsung atas mereka sebagaimana kota Sodom dan Gomora. Oleh sebab itu, hal ini juga dapat menjadi peringatan bagi saya, Pdt. Adiy Ndii dan semua hamba Tuhan untuk bersungguh-sungguh merenungkan, mengerti, memperkatakan dan melakukan kebenaran dalam seluruh hidup, supaya tidak tersesat oleh;

Ajaran yang memakai cap manusia (Calvinist, Armenian, dll), bukan ajaran Alkitabiah. 1 Timotius 4: 1-2

Ibadah buatan manusia, bukan yang diajarkan Tuhan (Kolose 2: 23)

Membesar-besarkan diri oleh pikiran yang duniawi (Kolose 2: 18)

Akhirnya dalam kasih saya mendoakan dan mengajak Pdt. Adiy Ndii untuk tunduk kepada kebenaran (2 Korintus 13: 8) dan jangan berdusta melawan kebenaran (Yakobus 3: 14-15), supaya peringatan dalam Yudas 7 tidak berlaku atas kehidupan yang benar dalam Tuhan. Tuhan memberkatimu kawan, Maranata!

MENJELASKAN KEBENARAN ALKITABIAH MENGENAI PREDESTINASI kepada Pdt. Budi Asali, Pdt. Esra A Soru, Pdt. Adiy Ndii dan sdr. Rony Riwu Djara (Para Calvinisme)

Predestinasi ialah ketetapan Allah atas programNya bukan atas kehidupan pribadi seseorang. Ketetapan Allah atas programNya bersifat positif dan negatif, Yudas Iskariot memilih untuk mengenapi program Allah yang negatif. Inilah perbedaan mendasar antara definisi Predestinasi Alkitab dan Predestinasi Calvinist, serta takdir. Dalam definisi, Predestinasi Calvinist tidak berbeda dengan definisi takdir, yakni manusia tidak memiliki kehendak untuk menentukan pilihan hidup, karena hidupnya sudah ditentukan Tuhan (Ini sangat tidak Alkitabiah). Sedangkan definisi Alkitab mengenai predestinasi, bahwa Allah menentukan programNya berdasarkan ketetapan waktuNya (Gal. 4: 4) manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih mengenapi program Allah yang negatif atau positif (untuk lebih jelas, silahkan baca artikel yang berjudul Kedaulatan Allah).
Alkitab menjelaskan, bahwa ketetapan Allah atas program penyelamatanNya (Predestinasi) sudah dinyatakan Allah pada saat manusia jatuh ke dalam dosa melalui janji mengirim juruselamat (Kej. 3: 15, 20-21) dan orang-orang yang beriman kepada janji Allah diselamatkan (Ibrani 11: 4) dan yang tidak beriman mendapat kebinasaan (Yudas 11). Dalam Predestinasi ada pilihan yang harus dibuat manusia berdasarkan kehendak bebas; memilih untuk mengenapi program positif atau negatif. Pilihan manusia atas ketetapan Allah ada dalam Kedaulatan Allah; mereka yang memilih mengenapi program positif mendapat kebaikan dari Allah berdasarkan kedaulatanNya (Roma 8: 28), sedangkan mereka yang memilih mengenapi program negatif mendapat malapetaka berdasarkan kedaulatanNya (Amsal 16: 4).
Calvinisme membangun definisi yang salah mengenai kedaulatan Allah dan predestinasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan dalam kekristenan, menempatkan manusia sebagai mahkluk yang tidak dapat membuat pilihan dalam Predestinasi dan dalam Kedaulatan Allah, itulah sebabnya mereka sulit memahami antara Predestinasi, kedaualatan Allah dan Kehendak bebas manusia (untuk tahu lebih banyak mengenai definisi yang salah Calvinisme, silahkan baca buku-buku tulisan mereka dan tulisan-tulisan mereka di media online).
Graphe International Theological Seminary (GITS) mengidentifikasikan kesesatan berdasarkan dua poin; I. Tidak mengakui Alkitab sebagai kebenaran absolut (extra biblical authority) II. Salah menafsir Alkitab (missinterpertation). Calvinisme dikategorikan sesat karena salah menafsir Alkitab, seperti ayat-ayat yang akan saya kupas di bawah ini;
Kisah Para Rasul 13: 48

Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang DITENTUKAN untuk hidup kekal, menjadi percaya (kata yang berhuruf tebal dalam ayat ini tidak terdapat dalam teks asli, ini penambahan oleh LAI)

Terjemahan yang tepat;

Dan bangsa itu mendengar bersukacitalah, dan memuliakan firman Tuhan dan mempercayai, sesungguhnya, mereka ditentukan untuk hidup kekal. (silahkan lihat teks asli alkitab TR).

Sebelum mengupas ayat di atas, sangat menarik melihat akar-kata dari kata DITENTUKAN. Pengunaan kata ditentukan dari ayat di atas dalam teks asli Alkitab (Textus Receptus) ialah TETAGMENOI dalam bentuk nominative, jamak, maskulin, perfect, pasif, participle. Saya tidak akan mengidentifikasi secara keseluruhan (apabila ingin tahu, silahkan mengikuti kelas bahasa yunani di GITS atau ikuti kelas PA di Kupang). Pegunaan perfect participle secara tata bahasa terdapat pertanyaan klarifikasi, ditentukan oleh apa? Dan bagaimana ditentukan?
Ditentukan oleh apa? Perhatikan konteks dekat dari ayat di atas, bahwa sebelum mereka mendengarkan pemberitaan Paulus dan Bernabas mereka tidak memuliakan Allah, namun sesudah mereka mendengarkan pemberitaan Paulus dan Bernabas mereka memuliakan Allah. Jadi mereka ditentukan oleh karena mendengar kebenaran. Bagian ini sangat sesuai dengan Roma 10: 14-17, bahwa orang yang berbuat dosa tidak akan diselamatkan tanpa mendengarkan Injil. Mendengarkan Injil adalah ketentuan dari Allah untuk diselamatkan sebab iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus (Roma 10: 17).
Bagaimana ditentukan? Sebelum mendengarkan pemberitaan kebenaran, mereka belum percaya, namun sesudah mereka mendengar pemberitaan kebenaran, mereka percaya. Proses ditentukan berdasarkan percaya. Dan ketentuan Allah supaya orang-orang berdosa diselamatkan harus percaya kepada Injil (untuk memahami definisi Injil, silahkan baca artikel Engkau Harus Dilahirkan dari Air dan Roh) Yohanes 14: 6, Kis. 4: 12, Ef. 2: 8-9. Jadi orang-orang yang ditentukan untuk hidup kekal dalam Kis. 13: 48 ialah mereka yang mendengarkan pemberitaan Paulus dan percaya, merekalah yang ditentukan untuk hidup kekal. Bukti mereka mendengar dan percaya ialah mereka bergembira dan memuliakan firman Tuhan.
ROMA 8: 29-30

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Ternyata LAI menterjemahkan dengan menafsir Roma 8: 29-30, karena ada beberapa penambahan kalimat yang ditambahkan LAI, yang mempengaruhi pengertian. Perhatikan terjemahan sesungguhnya dari teks asli:

Karena Siapa yang Ia ketahui, Ia juga menetapkan untuk serupa gambar anak-Nya, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan siapa yang Ia tetapkan, mereka juga Ia panggil, dan siapa yang Ia panggil, mereka juga Ia benarkan, Dan siapa yang Ia benarkan, mereka juga Ia muliakan (silahkan lihat di teks asli TR)

Roma 8: 29-30 menjelaskan, bahwa ketetapan Allah atau Predestinasi Allah dilandasankan pada pengenalan Allah sebelumnya atas seseorang. Orang yang ditetapkan menjadi serupa dengan gambar Anak Allah ialah orang yang mengasihi Allah, sesuai dengan penjelasan ayat sebelumnya Roma 8 : 28. Dan bagian ini makin memperjelas bahwa Predestinasi Allah ada dalam Kedaulatan Allah. Dalam Predestinasi ada pilihan yang harus dibuat manusia berdasarkan kehendak bebas; memilih untuk mengenapi program positif atau negatif. Pilihan manusia atas ketetapan Allah ada dalam Kedaulatan Allah; mereka yang memilih mengenapi program positif mendapat kebaikan dari Allah berdasarkan kedaulatanNya (Roma 8: 28), sedangkan mereka yang memilih mengenapi program negatif mendapat malapetaka berdasarkan kedaulatanNya (Amsal 16: 4).
Roma 8: 29-30 merupakan penjelasan mengenai orang-orang yang memilih mengenapi program positif Allah. Mereka yang memilih mengenapi program positif Allah, dalam kedaulatan Allah dipimpin untuk memperoleh kebaikan dari Allah, yakni panggilan, pembenaran dan kemuliaan dari Allah berdasarkan pengenalan Allah sebelumnya. Hal ini sangat sesuai dengan Kelahiran dari Air dan Roh (Yohanes 3: 5), orang yang mendengarkan dan menghidupi Injil dalam dirinya, mendapat meterai Roh Kudus, yang memimpin orang tersebut untuk memperoleh kebaikan dari Allah, Efesus 1: 13-14;
Di dalam Dia kamu juga-karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu (kelahiran melalui Air)- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh kudus yang dijanjikan-Nya itu (kelahiran melalui Roh). Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yakni penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemulian-Nya (Kedaulatan Allah untuk mereka yang memilih mengenapi program positif dari Allah)
Roma 8: 29-30 semakin memperkuat penjelasan, bahwa konsep Predestinasi Calvinist sesat dan tidak Alkitabiah, karena berdasarkan ayat di atas terdapat penjelasan bahwa di dalam Predestinasi dan kedaulatan Allah ada kehendak bebas. Orang yang memilih mengenapi program positif Allah mendapat control Allah untuk memperoleh kebaikan dari Allah, itulah kesimpulan sesungguhnya dari Roma 8: 29-30.

EFESUS 1: 4-5

Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.

Ayat-ayat di atas ada masalah dengan penerjemahan, walaupun hanya sedikit penambahan dari frasa dari semula, namun hal ini berpengaruh besar pada penafsiran. Terjemahan yang tepat ialah;

Sebab di dalam Dia Allah telah memilij kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah mempredestinasikan kita oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya

Penekanan utama dalam ayat-ayat di atas terdapat pada kalimat di dalam Dia, karena di ayat-ayat selanjutnya pun kalimat tersebut ditekankan (6, 7, 9, 10, 11, 13). Di dalam Dia, diperjelas diayat-ayat selanjut bahwa di dalam Dia yaitu di dalam Kristus. Kristus adalah wujud kesempurnaan manusia dalam kekekalan, bahkan manusia diciptakan berdasarkan gambar dan rupa Kristus sebelum inkarnasi (Ibrani 10: 5). Kejatuhan manusia dalam dosa telah merusak gambar dan rupa Kristus dalam manusia. Itulah sebabnya Efesus 1: 4 menjelaskan, bahwa kekudusan dan ketidakbercacat manusia ada dalam Kristus sebelum dunia dijadikan.
Kekudusan dan ketidakbercacatan manusia telah dirusak oleh dosa, itulah sebabnya oleh kasih Allah, Allah telah mempredestinasikan janji keselamatan bagi manusia melalui Yesus Kristus (ayat 9, 11). Sehingga hanya orang-orang yang di dalam Kristuslah yang dapat menjadi anak-anak Allah, yang mendapatkan bagian kesempurnaan, yang tak bercacat. Dan orang-orang yang di dalam Kristus adalah orang yang sudah percaya (ayat 13-14).
KESIMPULAN
Dimulai dengan definisi yang salah mengenai predestinasi, berakhir dengan salah menafsirkan ayat-ayat Alkitab, yang berakibat pada kesesatan. Ayat-ayat Alkitab adalah kesatuan yang sempurna, yang saling mendukung dan memperjelas kesimpulan tiap-tiap ayat. Waspadalah supaya jangan sampai tersesat oleh;

Pengajar-pengajar yang tidak mengerti asas-asas pokok pengajaran Alkitabiah, yang sesat dalam omongan 1 Timotius 1: 6-7

Pengajar-pengajar yang menafsirkan ayat-ayat Alkitab berdasarkan kehendak sendiri, bukan oleh dorongan Roh Kudus 2 Petrus 1: 21

Guru-guru palsu yang serakah, yang berusaha mencari untung duniawi dengan cerita-cerita isapan jempol mereka 2 Petrus 2: 3

Akhirnya Jangan bodoh, tetapi Usahakanlah dirimu supaya mengerti kehendak Tuhan (Efesus 5: 17) dan Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik 1 Tesalonika 5: 21, yang berkenan kepada Allah (Roma 12: 2).

Oleh: Ev. Dance S Suat
Missionary Indepeden Fundamental Baptist

HAKIM YANG BENAR

Tulisan ini dibuat untuk menanggapi artikel yang menuduh Dr. Suhento Liauw, Dr. Steven E Liauw dan Ev. Dance S Suat (saya) sebagai pendusta, pemfitnah dan pembohong yang ditulis oleh Pdt. Budi Asali, Pdt. Esra Soru, sdr. Eston Patola dan Pdt. Adiy Ndii. Diawali dengan diskusi doktrinal diakhiri penghakiman mereka atas diri kami, mengapa hal ini dapat terjadi? Biasanya disebabkan oleh karena ketidakmengertian pengertian dalam Alkitab mengenai penghakiman atau sebagai metode strawman fallacy (mengintrodusir posisi yang tidak relevan, kemudian menyerang posisi tersebut untuk menjatuhkan lawan). Apapun penyebabnya, kami tidak perlu membela diri atas diri kami, karena Tuhan adalah pembela kami. Namun saya perlu menjelaskan dari sudut pandangan Alkitab kepada teman-teman yang terkasih dan kepada semua pembaca mengenai hakim yang benar.
Hakim Yang Benar
Hakim adalah orang yang mengadili perkara, yang keputusannya tidak dapat diganggu gugat. Dapat dibayangkan bila hakim tidak benar maka pengambilan keputusannya pasti sewena-wena, hanya menguntungkan atau mengakomodir kepentingan pribadi atau kelompok sang hakim yang tidak benar dan merugikan orang lain. Itulah sebabnya, orang yang mejadi hakim harus orang yang benar, yang memutuskan perkara secara benar dan adil.
Hakim yang benar adalah seseorang yang tidak berdosa, yang hatinya tidak ada kejahatan, adakah manusia yang demikian? Alkitab mencatatkan, bahwa tidak seorangpun yang benar, tidak ada seorangpun yang berbuat baik (termasuk Pdt. Budi Asali, Pdt. Esra A Soru, sdr. Esthon Patola dan Pdt. Adiy Ndii) Roma 3: 10-12, itulah sebabnya Pdt. Budi Asali, Pdt. Esra A Soru, sdr. Esthon Patola dan Pdt. Adiy Ndii tidak memenuhi kapabilitas dan kredibilitas memutuskan perkara atas diri kami, lalu adakah hakim yang benar? Hanya Allah sendirilah yang dapat menjadi hakim yang benar atas manusia, karena dihatiNya tidak ada kejahatan (Yermia 19: 5) dan Yesus Kristus sebagai manusia yang tidak pernah berbuat dosa (1 Petrus 2: 22), yang patut menjadi hakim atas manusia (Yohanes 5: 30)
Dalam memutuskan perkara duniawi saja dibutuhkan hakim yang memenuhi mekanisme fit dan proper test supaya tidak terjadi ketimpangan dalam pengambilan keputusan, terlebih lagi dalam memutuskan perkara rohani, kita membutuhkan hakim yang benar supaya tidak tersesat. Apabila konsekuensi keputusan perkara dunia sifat hanya sementara, maka konsekuensi keputusan perkara rohani sifatnya abadi, itulah sebabnya saudara harus mempertimbangkan setiap keputusan rohani berdasarkan keputusan hakim yang benar.
Menghakimi Dengan Benar
Menghakimi berarti juga mengadili atau berlaku sebagai hakim. Dalam bahasa yunani kata Krino adalah kata utama yang menjelaskan menghakimi, selain kata Krino ada juga turunan dari kata ini yakni Katakrino dan Anakrino yang memiliki kenotasi yang sama yakni, memutuskan atau membuat penilai terhadap sesuatu. Dalam kehidupan manusia kegiatan menghakimi adalah sesuatu yang sering terjadi, namun standar menghakimi manusia duniawi dan manusia rohani berbeda. Manusia duniawi memutuskan atau membuat penilaian berdasarkan pandangan pribadi dan seringkali menimbulkan ketimpangan (Amsal 16: 2). Sedangkan manusia rohani dilarang untuk memutuskan segala sesuatu atas pertimbangan diri sendiri (Matius 7: 1-5), melainkan memutuskan atas dasar suara hakim yang benar (Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus) atau memutuskan berdasarkan firman Tuhan ( Yohanes 12: 48, 2 Tim. 3: 16).
Allah melalui firmanNya adalah hakim yang benar (Yohanes 5: 30), yang memutuskan dengan tegas dan jelas lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun (Ibrani 4: 12). Menghakimi dengan benar adalah menghakimi sesuai kehendak Allah, seperti yang dituliskan dalam Yohanes 5: 30;
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimi-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, MELAINKAN KEHENDAK DIA yang mengutus Aku
Ayat di atas memberi argumen mendukung dan tidak ada tindakan pertimbangan yang lain, bahwa harus ada alternatif pilihan, karena hanya satu kesimpulan bahwa penghakiman yang adil adalah penghakiman menurut Kehendak Allah, dan seluruh kehendak Allah dituliskan dalam Alkitab itulah sebabnya menghakimi yang benar adalah menghakimi berdasarkan firman Tuhan.
Menghakimi Menurut Kehendak Allah
Menghakimi menurut kehendak Allah ialah menghakimi sesuai dengan perintah Allah kepada orang-orang percaya atas sesama manusia ( 2 Tim. 4: 2), supaya penghakiman dilakukan sesuai dengan kehendak Allah, maka orang yang menghakimi haruslah yang mengerti kehendak Allah dan orang yang mengerti kehendak Allah ialah mereka yang sudah diselamatkan dan mempelajari kebenaran ( Ef. 5: 17 dan 1 Tim. 2: 3-4), sehingga keputusan yang diambil, diambil atas landasan firman Tuhan bukan penilai pribadi seperti yang dilakukan Pdt. Budi Asali, Pdt Esra Soru, sdr. Esthon Patola dan Pdt. Adiy Ndii.
Orang Kristen yang sudah diselamatkan dan mempelajari akan kebenaran dapat menilai segala sesuatu (1 Kor. 2: 15) berdasarkan pengertiannya yang baik, yang berkenan kepada Allah (Roma 12: 2). Itulah sebabnya tidak sulit bagi orang yang sudah diselamatkan dan yang mempelajari kebenaran menghakimi ajaran yang sesat, mereka menghakimi berdasarkan firman Tuhan bukan berdasarkan penilaian pribadi, menghakimi secara obyektif bukan secara subyektif seperti yang sering dilakukan Pdt. Adiy Ndii.
Orang Kristen yang mengerti kehendak Allah akan menghakimi bukan berdasarkan hal-hal lahirian melainkan berdasarkan hal-hal rohani (Yoh. 7: 25) dan tidak menghakimi hal-hal yang tidak diatur Alkitab (Matius 7: 1-5). Alkitab mengharuskan untuk menghakimi hal-hal rohani, yang berhubungan dengan pengajaran sesaat (Matius 7: 15-23, 1 Tim. 4: 1-2, 1 Tim. 1: 6-8, 2 Tim. 3: 16, 1 Yoh. 4: 1-6, Yak. 5: 19-20), namun Alkitab melarang untuk menghakimi secara lahiriah (Matius 7: 1-5, Roma 14: 1-12, 1 Kor. 4: 1-5).
Kesimpulan
Tindakan menghakimi secara lahiriah, subyektif, dan sepihak yang dilakukan Pdt. Budi Asali, Pdt. Esra Soru, sdr. Esthon Patola dan Pdt. Adiy Ndii adalah tindakan yang tidak menurut kehendak Allah atau tidak Alkitabiah, oleh sebab itulah sebagai orang Kristen harus mengetahui kehendak Allah supaya tidak tersesat karena mengandalkan pengertian sendiri. Dan yang jauh lebih penting ialah menyikapi hal-hal demikian secara bijaksana dan membuat pertimbangan atas setiap pengajaran, sehingga tidak tersesat oleh;
…roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. 1 Timotius 4: 1-2
…orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Mereka hendak mejadi pengajar hokum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan. 1 Timotius 1: 5-6
…rupa-rupa pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Efesus 4: 14
…serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka….2 Petrus 2: 3
Oleh sebab itu sebagai orang Kristen, saudara harus bersungguh-sungguh mempelajari kebenaran (Ef. 5: 17), menguji setiap roh dan setiap ajaran yang mengaku dari Yesus, Injil ( 2 Kor. 11:3-4, 1 Yoh. 4: 1-4), supaya tidak tersesat dalam pengertian sendiri atau dalam ajaran palsu yang dipengaruhi oleh guru-guru palsu dengan berbagai cara-cara duniawi. Waspadalah dan ujilah segala sesuatu (1 Tes. 5: 21). Maranata!
Oleh: Ev. Dance S Suat
Missionary Independen Baptis Fundamental untuk, Kupang-NTT

KEDAULATAN ALLAH

Kedaulatan Allah berarti Allah memiliki suatu hak eksklusif untuk menguasai semua ciptaanNya, memiliki kendali penuh atas ciptaanNya yang memiliki yuridiksi hukum. Alkitab mendefinisikan kedaulatan Allah melalui hidup dan karyaNya secara aktif; Ia menciptakan, memelihara dan memerintah segala sesuatu yang dilakukan secara sempurna (Kej. 2: 3, Yesaya 64: 8).
Entitas kedaulatan Allah menjadi suatu masalah bagi mereka yang ingin memahami Allah yang tidak terbatas dengan pemikiran yang terbatas, sebab manusia hanya dapat mengenal Allah sejauh Allah memperkenalkan diri melalui firmanNya; sesuai dengan penjelasan Ulangan 29: 29
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan anak-anak kita sampai selama-lamanya….
Pernyataan ayat di atas memberikan argument mendukung kesempurnaan yang mustahil dicapai dan menentang berbagai kemungkinan tindakan pertimbangan, perlu diingat bahwa tidak ada pilihan alternatif yang tersedia. Hal-hal yang tersembunyi tentang Allah tidak akan dipahami manusia, manusia hanya memahami Allah melalui hal-hal yang dinyatakan. Menjadi suatu kesesatan ketika dibuat pilihan alternatif bahwa manusia dapat memahami hal-hal yang tersembunyi bagi Allah, sebagaimana Calvnist merangkai konsep theologia, bahwa sebelum dunia diciptakan Allah sudah menetapkan kejatuhan manusia dalam dosa.
Yuridiksi Hukum Kedaulatan Allah
Yuridiksi hukum kedaulatan Allah merupakan hak eksklusif Allah untuk menguasai semua ciptaanNya dalam lingkup kerjaNya berdasarkan peraturan-perarturan yang bukan hanya mengikat ciptaanNya, tapi juga menjadi hakim atas ciptaanNya; sebagaimana pernyataan dalam kitab Kejadian 1: 31;
…Allah melihat segala yang diciptakan-Nya itu, sungguh amat baik….
Ayat di atas menetapkan batas pasti yang memisahkan asumsi tak berdasar dengan kesimpulan tak yang terelakkan, bahwa tidak ada ciptaan Allah yang jahat. Yuridiksi hukum kedaulatan Allah tidak meliputi kejahatan, karena tidak ada yang jahat dari Allah, oleh sebab itulah Allah menjadi hakim atas yang jahat. Akibat tidak memiliki pengertian yang benar mengenai yuridiksi hukum kedaualatan Allah menjadi sesat, seperti konsep theologia Calvinist yang salah mendefinisikan kedaulatan Allah.

Hak Eksklusif Allah Menguasai CiptaanNya
Allah berdaulat atas semua ciptaanNya, semua ciptaanNya di bawah kendaliNya (Mat. 10: 25). Allah yang menciptakan, Dia juga yang mengendalikan ciptaanNya ( I Taw. 29: 11), namun perlu diingat bahwa setiap ciptaanNya, dicipta berdasar maksud dan tujuan Allah. Manusia dicipta menurut gambar dengan rupa Allah dengan tujuan menguasai alam semesta dan memuliakan Allah. Allah menciptakan manusia, juga mengontrol seluruh hidup manusia (Luk. 12: 7), baik kehidupan pribadi maupun perjalanan sejarah umat manusia (Daniel 2, mimpi Nebukadnezar). Allah yang dinyatakan Alkitab adalah Allah yang berdaulat, mengontrol ciptaanNya dari kekekalan sampai pada kekekalan, itulah hak Eksklusif Allah atas ciptaanNya berdasarkan yuridiksi hukum.
Allah menyingkapkan diri melalui Alkitab, bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah, yang sama yang tak berubah dalam kekekalanNya sebagai Allah yang berdaulat. Namun ketidakberubahan Allah dalam Alkitab sangat berbeda dengan pemikiran Socrates dan Plato yang dirumuskan dalam pemikiran Calvinist, “Allah tak pernah berubah, sama terus, dan tak akan dipengaruhi oleh apapun juga di luar diriNya.” Allah adalah Allah yang jauh diseberang sana, yang kesepian, terisolir dan tak punya perasaan (James M. Boice, Foundation of the Christian Faith, Downer Grove, IL: IVP. 1986, p., 141). Allah yang benar tidak berubah dalam pengertian tidak menutup diri dari kenyataan bahwa Ia rela dipengaruhi dan bahkan memberikan reaksi yang sangat aktif atas kepatuhan dan ketidakpatuhan manusia (Yohanes 3: 36).
Perbedaan Kedaulatan Allah dengan Predestinasi dan Takdir
Kedaulatan Allah adalah kontrol Allah atas ciptaanNya atau pengawasan Allah atas ciptaanNya, sedangkan Predestinasi adalah ketetapan Tuhan atas ciptaanNya berdasarkan kemahatahuanNya, Takdir ialah ketentuan Tuhan atas hidup seseorang dan orang tersebut hanya menanti saja ketentuan Tuhan. Calvinist telah memberikan definisi yang salah mengenai predestinasi, sehingga pengertian predestinasi mereka tidak berbeda dengan pengertian takdir. Definisi Calvin mengenai predestinasi;
Panggilan kekal dari keputusan Allah, dimana Allah sendiri yang menetapkan hal-hal yang terjadi atas indifidu dari manusia…penetapan kehidupan kekal untuk beberapa dan kebinasaan untuk yang lain (H Orton Wiley, Christian Theology, Vol. 3 Kansas, Mo; Beacon Hill, 1952, p., 2135).
Sedangkan keseluruhan Alkitab mengenai definisi predestinasi ialah ketetapan Allah atas programNya bukan atas kehidupan pribadi seseorang. Ketetapan Allah atas programNya bersifat positif dan negatif, Yudas Iskariot memilih untuk mengenapi program Allah yang negatif. Inilah perbedaan mendasar antara definisi Predestinasi Alkitab dan Predestinasi Calvinist, serta takdir. Dalam definisi, Predestinasi Calvinist tidak berbeda dengan definisi takdir, yakni manusia tidak memiliki kehendak untuk menentukan pilihan hidup, karena hidupnya sudah ditentukan Tuhan (Ini sangat tidak Alkitabiah). Sedangkan definisi Alkitab mengenai predestinasi, bahwa Allah menentukan programNya berdasarkan ketetapan waktuNya (Gal. 4: 4) manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih mengenapi program Allah yang negatif atau positif.
Predestinasi Ada Dalam Kedaulatan Allah
Alkitab tidak mengakui takdir sebagai kebenaran sebab itu, tidak perlu dibahas secara luas. Predestinasi ada dalam kedaulatan Allah artinya Program Allah ada dalam pengawasan Allah. Tidak ada program Allah yang tidak tergenapi, baik yang sifatnya postif dan negatif karena ada dalam kedaulatan Allah; seperti yang ditulisakan dalam 2 Petrus 3: 9
Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,….
Walaupun dalam surat 2 Petrus 3: 9 ini menjelaskan mengenai hari kedatangan Tuhan, namun dalam kluasa pertama mengandung pemangkasan ekstensional artinya walaupun bagian ini berbicara mengenai hari Tuhan, namun menjelaskan juga pemahaman mengenai Kedaulatan Allah atas predestinasiNya yang tidak akan gagal. Oleh sebab itulah Allah berdaulat atas predestinasiNya, sedangkan manusia memenuhi predestinasi Allah sesuai dengan tuntutanNya; yang percaya mendapat hidup kekal; yang tidak percaya binasa (Yoh. 3: 36).
Kesimpulan
Jadi Predestinasi ada dalam Kedaulatan Allah atau ketetapan Allah ada dalam pengawasan Allah yang tidak menghilangkan kehendak bebas manusia, di dalam Predestinasi ada pilihan yang harus dibuat manusia berdasarkan kehendak bebas; memilih untuk mengenapi program positif atau negatif. Pilihan manusia atas ketetapan Allah ada dalam Kedaulatan Allah; mereka yang memilih mengenapi program positif mendapat kebaikan dari Allah berdasarkan kedaulatanNya (Roma 8: 28), sedangkan mereka yang memilih mengenapi program negatif mendapat malapetaka berdasarkan kedaulatanNya (Amsal 16: 4).
Calvinisme membangun definisi yang salah mengenai kedaulatan Allah dan predestinasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan dalam kekristenan, menempatkan manusia sebagai mahkluk yang tidak dapat membuat pilihan dalam Predestinasi dan dalam Kedaulatan Allah, itulah sebabnya mereka sulit memahami antara Predestinasi, kedaualatan Allah dan Kehendak bebas manusia (untuk tahu lebih banyak mengenai definisi yang salah Calvinisme, silahkan baca buku-buku tulisan mereka dan tulisan-tulisan mereka di media online).
Jadi saudara-saudara yang terkasih, berhati-hatilah terhadap;
Nabi-babi palsu yang menyamar seperti domba (sepertinya mengajarkan ajaran Kristus), namun sesungguhnya serigala yang buas (sesungguhnya memiliki motivasi yang tidak murni; mengajarkan ajaran manusia untuk kepentingan duniawi) Matius 7: 21
Pengajar-pengajar yang tidak mengerti pokok-pokok ajaran Alkitab secara mutlak, yang sesat dalam ajaran dan omongan. 1 Timotius 1: 6-8
Filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia. (Kolose 2: 8) atau sikritist dalam kekristenan.
Usahakanlah diri Anda menjadi orang Kristen yang bertumbuh dalam pengertian yang benar, yang dapat membedakan ajaran Kristus dari ajaran setan (1 Tim. 4: 1-2) dan manusia (Kol. 2: 23) supaya tidak disesatkan dan menyesatkan oleh ajaran palsu manusia yang penuh kelicikan dan menyesatkan (Ef. 4: 14). Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tes. 5: 21).

Oleh: Ev. Dance S Suat, S.Th., M.B. S.

(Missionary Independen Baptist Fundamental, Kupang-NTT)

PENEBUSAN YESUS KRISTUS OLEH oleh Dr. Steven E. Liauw


Salah satu hal yang menjadi perbedaan utama antara Kalvinis dan non-Kalvinis adalah masalah penebusan Yesus Kristus. Ketika Yesus tergantung di atas kayu salib, untuk siapakah Dia mati? Ketika darahNya tercurah, siapakah yang hendak Ia tebus?
Kalvinis memegang doktrin yang disebut Limited Atonement, atau Penebusan yang Terbatas. Mereka percaya bahwa Yesus Kristus menebus hanya sebagian manusia saja, yaitu orang-orang pilihan. Orang-orang pilihan menurut definisi Kalvinis, adalah orang-orang yang sejak kekekalan sudah ditentukan untuk masuk Surga, ditentukan tanpa syarat (Unconditional Election), tanpa melihat apapun dari diri orang tersebut. Tentu sebaliknya juga benar, yaitu orang-orang yang tersisa ditentukan untuk masuk neraka, juga tanpa melihat apapun dalam diri orang-orang tersebut (Unconditional Reprobation). Kebanyakan Kalvinis tidak suka untuk banyak berbicara mengenai Unconditional Reprobation, mereka lebih suka melupakan itu dan berfokus kepada Unconditional Election. Namun Unconditional Reprobation adalah konsekuensi logis dari Unconditional Reprobation,1 karena tidak ada pilihan ketiga bagi manusia: kalau bukan masuk Surga, pasti masuk neraka.
Dengan pemahaman Unconditional Election dan Unconditional Reprobation, maka konsep Limited Atonement (Penebusan Terbatas) secara logis mengikuti. Kalau memang sebagian orang ditentukan masuk Surga tanpa syarat, dan sebagian ditentukan masuk neraka tanpa syarat, maka tidak ada gunanya Yesus mati bagi semua manusia. Kematian Yesus di atas kayu salib pastilah hanya ditujukan kepada orang-orang yang dipilih masuk Surga tersebut. Inilah yang menjadi dasar utama doktrin Limited Atonement. Doktrin Limited Atonement tidak memiliki dasar Alkitab sama sekali (tidak ada ayat Alkitab yang mengatakan Yesus mati HANYA bagi sebagian orang), tetapi merupakan konsekuensi logis dari Unconditional Election.
Orang-orang non-Kalvinis melihat bahwa Alkitab berkata sebaliknya. Dengan tegas, banyak ayat-ayat Firman Tuhan yang mengatakan bahwa Yesus mati untuk semua manusia, dan bahwa karya penebusanNya adalah untuk seluruh dunia. Berikut ini adalah beberapa contoh ayat-ayat yang menyatakannya. Ini bukan semua ayat, tetapi sebagian kecil saja:
“Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia'” (Yoh. 1:29).
“Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yoh. 4:42).
“Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka” (2 Kor. 5:19).
“yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan” (1 Tim. 2:6).
“…Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” (Ibr. 2:9).
Kalvinis berusaha mengelak dari ayat-ayat ini dengan mengatakan bahwa kata “dunia” tidak harus berarti setiap orang dalam dunia. Demikian juga mereka berkilah bahwa kata “semua manusia,” tidak harus mengacu kepada literal semua manusia. Dalam kasus ayat-ayat ini, Kalvinis mengartikan bahwa Yesus mati bagi seluruh “dunia orang pilihan,” atau “semua manusia yang dipilih.”
Sebagai contoh, Gill, seorang Kalvinis tulen, mengatakan tentang Yohanes 1:29: “yang dimaksud dengan ‘dosa dunia,’ bukanlah dosa atau dosa-dosa setiap individu orang di dunia ini….hanya berkenaan dengan orang pilihan; jadi merekalah orang-orang yang dimaksud dengan dunia” (Komentari John Gill atas Yohanes 1:29).2
Mengenai 1 Timotius 2:6, Gill berkomentar lagi, bahwa “tebusan ini diberikan untuk ‘semua;’ bukan setiap individu umat manusia…Tetapi artinya adalah bahwa entah Ia memberikan diriNya sebagai tebusan untuk banyak orang…atau maksudnya adalah bahwa Kristus memberikan diriNya tebusan bagi semua jenis manusia, orang-orang dari setiap tingkat dan kualitas, dari setiap keadaan dan kondisi, dari setiap umur dan jenis kelamin, untuk semua jenis orang berdosa, dan untuk sebagiandari setiap suku, bahasa, umat, dan bangsa, dan baik untuk Yahudi maupun non-Yahudi” (Komentari John Gill atas 1 Timotius 2:16)

.3
Perhatikan bagaimana Gill, seorang Kalvinis, untuk mempertahankan doktrinnya, mengubah “semua manusia” (1 Tim. 2:6) menjadi “banyak orang,” atau “semua jenis manusia” atau “sebagian dari setiap suku.” Ini adalah suatu contoh eisegesis murni.4 Jikalau Roh Kudus memaksudkan “semua JENIS manusia,” Ia sangat mampu untuk menulis demikian. Demikian juga, kalau Roh Kudus memaksudkan “banyak manusia,” Ia tidak akan menulis “semua manusia.”
Memang benar, bahwa kata “dunia” tidak harus berarti semua individu di seluruh dunia. Dan kata “semua” juga harus didefinisikan sesuai konteks. Tetapi Kalvinis tidak bisa memperlihatkan bahwa konteks ayat-ayat tersebut membenarkan penafsiran “semua” menjadi “banyak.” Yang menjadi alasan mereka adalah doktrin awal unconditional election mereka dan juga suatu konsep bahwa kalau Yesus mati bagi semua orang, maka semua orang akan masuk Surga (konsep ini akan dibahas di bawah ini). Berbekal dengan konsep ini, bukan pada konteks perikop, mereka mengubah teks Alkitab agar serasi dengan posisi mereka.
Namun demikian, ada beberapa ayat yang tidak bisa diputarbalikkan secara demikian oleh Kalvinis. Ayat-ayat ini memiliki konteks yang jelas sekali mengajarkan Unlimited Atonement, yaitu penebusan Yesus bagi semua manusia (semua secara literal, bukan “semua” versi Kalvinis). Artikel ini akan membahas beberapa ayat berikut:

A. 1 Yohanes 2:2
“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia. Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.” (1 Yohanes 2:1-3)
Dalam 1 Yohanes 2:2, sang Rasul menyebut dua pihak yang menjadi tujuan pendamaian Yesus Kristus, yaitu “kita,” dan “seluruh dunia.” Siapakah yang dimaksud dengan “kita”? Konteks memberitahu bahwa “kita” adalah orang-orang percaya. Ini jelas di ayat pertama: “kita mempunya seorang pengantara pada Bapa.” Siapakah yang mempunyai pengantara pada Bapa? Semua orang percaya, bukan sebagian orang percaya. Juga di ayat tiga dalam pasal yang sama, dikatakan bahwa “kita mengenal Allah,” sekali lagi mempertegas bahwa Yohanes memakai “kita” untuk mengacu kepada semua orang percaya.
Nah, karena kata “kita” mengacu kepada “semua orang percaya,” maka kata “seluruh dunia” haruslah lebih luas daripada itu. Kata “seluruh dunia” tidak bisa ditafsirkan sebagai “seluruh dunia orang pilihan,” karena itu berarti sama saja dengan “kita” yang mengacu kepada semua orang percaya (pilihan). Oleh karena itu, ayat ini memberikan masalah yang sangat besar bagi doktrin Limited Atonement.
Ada Kalvinis yang berusaha untuk mempertahankan diri dengan cara menafsirkan kata “kita” untuk mengacu kepada orang-orang yang dikenal oleh Rasul Yohanes saja, atau orang Yahudi saja. Jadi, dalam pembelaan ini, Yesus adalah pendamaian bagi “kita,” yaitu orang-orang yang dikenal Rasul Yohanes, dan juga bagi “seluruh dunia,” yang sekali lagi ditafsirkan sebatas dunia orang pilihan. Tetapi ini adalah penafsiran yang sangat dipaksakan. Konteks sangat bertentangan dengan penafsiran ini. Saya rasa Kalvinis manapun mau mengklaim 1 Yohanes 1:9 bagi dirinya: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Kata “kita” di 1 Yoh. 1:9 secara universal diakui mengacu kepada semua orang percaya. Demikian juga kata “kita” di ayat sepuluh, dan juga di pasal 2 ayat 1. Jadi, mengapakah tiba-tiba kata “kita” berubah makna di 1 Yoh. 2:2? Ini hal yang tidak mungkin, dan hanyalah alat untuk membenarkan doktrin tertentu saja.
Selain itu, penafsiran Kalvinis juga menjumpai benturan lainnya, yaitu penafsiran mereka bahwa “seluruh dunia” mengacu kepada “dunia orang pilihan.” Hal ini sekali lagi sama sekali tidak didukung konteks, bahkan sebaliknya bertentangan dengan konteks surat 1 Yohanes. Kata “dunia” adalahkosmos dan muncul 23 kali dalam surat ini.5 Tidak satu kalipun “dunia” mengacu kepada dunia orang pilihan. Bahkan, pemakaian kosmos dalam 1 Yohanes terutama mengacu kepada dunia yang melawan Tuhan, yang berdosa, dan yang dikuasai oleh Iblis. Setelah pasal dua ayat dua, katakosmos muncul lagi di ayat 15, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” Ini adalah tipikal pemakaian kosmos dalam 1 Yohanes: dunia yang membenci Allah.
Lebih jauh lagi, frase spesifik “seluruh dunia,” muncul dua kali dalam 1 Yohanes. Pertama di 1 Yohanes 2:2, dan yang satu lagi adalah: “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yoh. 5:19). Seluruh dunia dalam 1 Yoh. 5:19 tidak mungkin mengacu kepada “dunia orang pilihan,” karena berada di bawah kuasa Iblis. Kalau diperhatikan dengan seksama, struktur 1 Yoh. 5:19 sangat mirip dengan 1 Yoh. 2:2, yaitu adanya perbandingan antara “kita” dengan “seluruh dunia.” Di 1 Yohanes 5:19, semua penafsir setuju bahwa “kita” mengacu kepada semua orang percaya, sedangkan “dunia” mengacu kepada kelompok di luar dari orang percaya. Inilah konteks penggunaan kosmos, bahkan holos kosmos (seluruh dunia) dalam surat 1 Yohanes. Dengan melakukan eksegesis, bukan eisegesis, penafsir yang jujur mau tidak mau sampai kepada kesimpulan bahwa Yesus mengadakan pendamaian bagi seluruh dunia, termasuk orang-orang non-pilihan.

B. 1 Timotius 4:10
“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya” (1 Tim. 4:10)
Ayat yang ditulis oleh Rasul Paulus ini bertentangan dengan doktrin Penebusan Terbatas, bahwa Yesus hanya mati untuk menyelamatkan orang-orang percaya (pilihan). Paulus menyebut Yesus (atauAllah) sebagai Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya. Jelas dari kalimat ini bahwa kategori “semua manusia” lebih luas daripada orang-orang pilihan saja. Jadi, pelarian diri standar yang dilakukan Kalvinis, bahwa “semua manusia” berarti “semua manusia pilihan,” atau “semua jenis manusia (yang percaya),” tidak bisa diterapkan di sini (sebenarnya juga tidak bisa diterapkan di ayat-ayat lain). Penafsir yang jujur mau tidak mau harus mengakui bahwa Yesus mati untuk menyelamatkan SEMUA MANUSIA, tanpa pembelokan arti. Kalau Yesus tidak mati bagi semua manusia, bagaimanakah bisa dikatakan Ia Juruselamat semua manusia? Lebih jauh lagi, bagaimanakah Allah dapat disebut sebagai Juruselamat semua manusia jika Ia sudah menentukan sebagian besar manusia untuk binasa sejak kekekalan secara tanpa syarat? Tentu tidak bisa.
Ayat ini berkata bahwa Yesus (Allah) adalah Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya. Sesuai dengan ayat-ayat Alkitab lainnya, Yesus mati untuk menebus semua manusia, tetapi penebusan itu hanyalah diaplikasikan kepada orang yang percaya. Artinya, aplikasi dari penebusan Yesus bersifat bersyarat, yaitu syarat iman. Oleh sebab itu dikatakan: Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya. Keselamatan disediakan bagi semua manusia, tanpa perkecualian, tetapi hanya akan berguna bagi yang percaya. Kematian Yesus adalah bagi semua manusia, tetapi efektif bagi yang percaya.
Bagaimanakah Kalvinis berupaya untuk membelokkan pengertian ayat ini? Sekali lagi, Gill sebagai perwakilan Kalvinis memberikan komentar berikut: “Juruselamat semua manusia; dengan cara penyertaanNya, memberikan mereka keberadaan dan nafas, menopang keberadaan mereka, memelihara hidup mereka, dan memberikan kepada mereka berkat-berkat dan belas kasihan dalam kehidupan; karena bahwa Dia adalah Juruselamat semua manusia berkenaan dengan keselamatan rohani dan kekal, tidaklah benar” (Komentari Gill atas 1 Timotius 4:10).6 Jadi kita lihat, Gill tidak mengubah makna “semua manusia” (karena dia tidak bisa di ayat ini), tetapi mengubah makna “Juruselamat.” Dia mendefinisikan “Juruselamat semua manusia” sebagai tindakan Allah memberikan nafas kepada semua manusia! Sungguh tidak dapat dibenarkan! Itu adalah fungsi Allah sebagai Pencipta dan Penopang, tetapi bukan tindakan Allah menyelamatkan! Kata “Juruselamat” berasal dari kata soter, muncul 24 kali dalam Perjanjian Baru, dan selalu mengacu kepada tindakan penyelamatan Allah terhadap manusia dari dosa. Lebih lanjut lagi, kata “Juruselamat” muncul 3 kali dalam 1 Timotius. “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita” (1 Tim. 1:1) dan “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Tim. 2:3-4). Di dalam pasal 2 ayat 3 dan 4 terlihat jelas, bahwa Paulus memakai istilah “Juruselamat” berkaitan dengan aspek rohani, yaitu “memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Tidak ada pembenaran untuk mengubah makna “Juruselamat” di 1 Timotius 4:10 menjadi keselamatan jasmani. Bahkan untuk keselamatan jasmani-pun ternyata tidak benar, karena banyak sekali orang yang Tuhan izinkan mati fisik, bayi-bayi yang mati muda, dan lain sebagainya.
Jelas bahwa 1 Timotius 4:10 dengan tegas mengajarkan bahwa keselamatan yang Yesus karyakan di atas kayu salib adalah bagi semua manusia. Namun demikian keselamatan itu hanya akan berguna bagi yang mau mengikuti syarat yang Tuhan berikan, yaitu bertobat dan percaya.

C. 2 Petrus 2:1
“Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka” (2 Petrus 2:1)
Ayat ini sangatlah fatal bagi doktrin Limited Atonement milik Kalvinis. Ayat ini berbicara mengenai nabi-nabi palsu dan juga guru-guru palsu, yang jelas adalah orang-orang yang tidak percaya, dan bukan orang pilihan. Tetapi, dikatakan bahwa mereka menyangkal “Penguasa yang telah menebus mereka.” Penguasa di sini pastinya mengacu kepada Tuhan. Tuhan dikatakan telah menebus mereka, orang-orang yang tidak percaya. Ini adalah bukti kuat bahwa penebusan Yesus ditujukan kepada semua manusia, tanpa terkecuali, walaupun hanya efektif bagi mereka yang percaya.
Kata “menebus” berasal dari kata agorazo, yang memiliki arti dasar “membeli.” Hal ini cocok dengan arti dasar dari penebusan, yaitu adanya harga yang harus dibayar. Kata yang sama dipakai untuk orang-orang percaya oleh Rasul Paulus: “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:20). Jadi, jelas bahwa Yesus Kristus membayar harga baik untuk orang yang percaya, maupun untuk orang yang tidak percaya.

D. Keberatan Kalvinis
Bagaimanakah Kalvinis mencoba untuk membenarkan doktrin Penebusan Terbatas mereka? Karena kita telah mengutip John Gill sebagai contoh seorang Kalvinis, kita akan memberikan pembelaan dia mengapa dia mengubah arti “semua” di 1 Timotius 2:6 menjadi “banyak.” Gill berkata bahwa Yesus tidak mati bagi “setiap individu manusia, karena jika demikian maka semuanya akan terlepaskan, terbebaskan, dan terselamatkan, sementara tidak semuanya demikian; atau harga penebusan yang dibayar menjadi sia-sia, atau Allah tidak adil karena menerima harga penebusan yang cukup dari Kristus, tetapi tidak membebaskan tahanan, melainkan menghukum orang padahal Ia telah menerima uang pemuasan; dan hal-hal ini tidak bisa dikatakan [tentang Allah]” (Komentari John Gill atas 1 Timotius 2:16).7
Jadi terlihat bahwa argumen utama yang sering dipakai Kalvinis untuk menentang ayat-ayat yang dengan jelas mengajarkan Unlimited Atonement adalah konsep mereka bahwa jika Yesus mati bagi semua manusia, maka semua manusia akan diselamatkan. Atau dengan kata lain, jika Yesus menebus semua manusia, membayar harga pembebasan mereka, maka semuanya akan masuk Surga, atau dikenal dengan istilah universalisme. Karena Kalvinis tahu bahwa kebanyakan orang Kristen tidak percaya universalisme, maka mereka memakai argumen ini untuk membenarkan Limited Atonement.
Sebenarnya, Kalvinis telah melakukan suatu kesalahan hermeneutik yang luar biasa. Mereka telah membiarkan suatu konsep filosofis – bahwa penebusan Yesus atas semua manusia harus berarti keselamatan semua manusia – untuk mewarnai semua penafsiran mereka atas ayat-ayat Alkitab yang relevan, sehingga kata-kata jelas dalam Alkitab diubah menjadi sesuatu yang bertentangan. Semua menjadi sebagian, seluruh menjadi tidak seluruh, dan dunia menjadi “dunia orang pilihan.” Untuk mempertahankan suatu konsep, kata-kata jelas dan terang dalam Alkitab diubah. Ini bukanlah caranya seseorang bisa sampai kepada kebenaran. Jika Alkitab mengajarkan tentang Unlimited Atonement, maka seharusnya fakta itu membuat kita mengubah konsep kita tentang bagaimana cara kerja penebusan Yesus.
Sebenarnya penjelasannya sederhana saja. Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Yesus mati bagi semua manusia, dan penebusanNya adalah bagi seluruh dunia. Kita terima itu apa adanya. Lalu, mengapakah tidak semua orang diselamatkan? Rupanya, karya penebusan Yesus itu tidak secara otomatis berlaku bagi seseorang. Sebenarnya Kalvinis juga secara tidak langsung mengakui hal ini. Yesus mati di kayu salib sekitar 2000 tahun yang lalu. Tentu karya penebusan itu tidak langsung diaplikasikan kepada semua orang pilihan pada saat itu juga, karena kalau memang langsung diaplikasikan, maka semua orang pilihan yang lahir setelah Yesus akan lahir sebagai orang benar. Tetapi kita tahu bahwa semua orang lahir sebagai orang berdosa, bukan orang benar (Kalvinis pun percaya ini). Barulah di suatu titik dalam hidupnya ia mendapatkan penebusan Yesus itu. Jadi, penebusan itu sendiri sudah dibayar Yesus 2000 tahun silam, tetapi baru diterapkan atau diaplikasikan kepada seseorang pada suatu titik dalam hidup orang tersebut. Jadi, penebusan yang Yesus lakukan tidaklah langsung dapat diterapkan kepada seseorang pada saat pembayaran selesai (di atas salib). Kapankah baru penebusan itu diaplikasikan kepada seseorang? Yaitu pada saat ia bertobat dan percaya.
Jadi, tidak benar bahwa kalau Yesus mati bagi semua orang, maka semua orang akan masuk Surga. Penebusan yang dibayar oleh Yesus 2000 tahun silam tidak otomatis berlaku bagi manusia. Alkitab mengajarkan bahwa penebusan Yesus dan keselamatan diperoleh seseorang pada saat ia menjadi percaya. Artinya, ada syarat agar seseorang merasakan manfaat penebusan Yesus bagi dirinya, yaitu iman percaya. Kalau ia tidak percaya, maka apa yang Yesus lakukan bagi dirinya akan menjadi sia-sia. Tetapi benarkah kasih karunia Tuhan bisa menjadi sia-sia? Memang benar demikian, karena Paulus menghimbau, “Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima” (1 Kor. 6:1).
Lalu, bagaimana dengan tuduhan bahwa kalau Yesus sudah mati bagi semua manusia, maka Allah menuntut bayar dua kali ketika ada orang yang binasa? Argumen ini disebut juga argumen double payment. Tetapi argumen ini bukanlah argumen dari Kitab Suci, melainkan sekali lagi dari filosofi manusia mengenai bagaimana mekanisme Allah menghitung karya penebusan Yesus. Tidak ada penulis Alkitab yang memakai argumen double payment ini, atau menulis sesuatu dengan indikasi untuk mendukungnya. Sebaliknya, penelitian Alkitab sekali lagi menunjukkan bahwa argumen double payment ini tidak berlaku dalam realita. Sebagai contoh, Paulus menulis kepada orang-orang percaya di Efesus, bahwa sebelum dia (dan orang-orang Efesus, dan juga semua orang percaya sepanjang zaman) mengenal Yesus, mereka “adalah orang-orang yang harus dimurkai” (Ef. 2:3). Pernyataan ini tidak mungkin jika double payment itu benar. Bukankah dosa seorang percaya sudah ditanggung di atas kayu salib? Jadi, tidak mungkin orang percaya itu adalah orang yang harus dimurkai. Fakta bahwa sebelum percaya Yesus, seorang pilihan sekalipun disebut “orang yang harus dimurkai” dan “mati dalam dosa” berarti bahwa karya Yesus belum diaplikasikan kepadanya. Dan memang penebusan Yesus tidak akan diaplikasikan kepadanya jika ia tidak percaya.
Jadi, Alkitab sama sekali tidak mendukung argumen double payment. Alkitab menggambarkan bahwa Penebusan Yesus membayar harga yang cukup sehingga semua orang dapat diselamatkan. Lalu, Tuhan memberikan syarat bagi orang yang ingin diselamatkan, yaitu bertobat dan percaya.Sebagai kesimpulan, Yesus mati untuk mendapatkan keselamatan bagi semua manusia. Tetapi Yesus menuntut suatu syarat agar penebusanNya bermanfaat bagi individu tertentu. Syarat itu adalah iman percaya. Posisi ini membuat theologi kita selaras dengan semua ayat Alkitab.

1Ada juga Kalvinis yang mengusung Unconditional Election, tetapi Conditional Reprobation. Tetapi ini adalah hal yang tidak mungkin. Jika orang-orang yang terpilih menjadi terpilih tanpa syarat, maka orang-orang yang tidak terpilih pastilah tidak terpilih tanpa syarat juga.
2Dalam bahasa Inggrisnya: by the “sin of the world”, is not meant the sin, or sins of every individual person in the world…only with respect the elect; wherefore they are the persons intended by the world.
3Dalam bahasa Inggrisnya: and this ransom was given for “all”; not for every individual of mankind…But the meaning is, either that he gave himself a ransom for many… or rather it intends that Christ gave himself a ransom for all sorts of men, for men of every rank and quality, of every state and condition, of every age and sex, and for all sorts of sinners, and for some out of every kindred, tongue, people, and nation, for both Jews and Gentiles.
4Eisegesis adalah tindakan memasukkan konsep atau pemikiran pribadi ke dalam ayat-ayat Alkitab. Eisegesis adalah lawan dari eksegesis, yaitu menarik keluar kesimpulan dari ayat-ayat Alkitab untuk membentuk pemikiran pribadi.
51 Yoh. 2:2, 15-17; 3:1, 13, 17; 4:1, 3-5, 9, 14, 17; 5:4-5, 19.
6Dalam bahasa Inggisnya: “Who is the Saviour of all men; in a providential way, giving them being and breath, upholding them in their beings, preserving their lives, and indulging them with the blessings and mercies of life; for that he is the Saviour of all men, with a spiritual and everlasting salvation, is not true in fact.”
7Dalam bahasa Inggrisnya: not for every individual of mankind, for then all would be delivered, freed, and saved, whereas they are not; or else the ransom price is paid in vain, or God is unjust to receive a sufficient ransom price from Christ, and yet not free the captive, but punish the person for whom he has received satisfaction; neither of which can be said

Blog di WordPress.com.

Atas ↑